LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI
TUMBUHAN RENDAH
STUDI
LAPANGAN PENGAMATAN FUNGI,LICHENS dan LUMUT
Di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar
Dosen
Pembimbing:
Drs.Sulisetitjono,M.Si
Ainun
Nikmati Laily,M.si
Oleh :
Anggik Tri Mardi (11620076)
Lia Hikmatul Maula (11620051)
Moch.Zaenal (11620042)
Rizkia Rodhia R (11620063)
Rudin Wijiono (11620061)
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
Desember
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Negara
Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut khatulistiwa, oleh sebab itu
tidak mengherankan jika Indonesia merupakan Negara yang memiliki
keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna.Beberapa keanekaragam
flora yang di miliki Indonesia adalah keanekaragaman Fungi, Lichens, dan
Lumutnya. Perkiraan menurut Hawksworth (1991), terdapat 1.500.000 spesies fungi
di dunia dan 200.000 spesies dari
1.500.000 spesies tersebut terdapat di Indonesia (Gandjar,2006).
Selain
itu,berdasarkan data Herbarium Bogoriensis Bogor, Indonesia mempunyai 40.000
spesies lichens.Di Indonesia juga mempunyai 1500 spesies lumut dari 4000
spesies lumut yang terdapat di bumi.
Fungi,Lichens
dan Lumut dapat ditemukan di tempat tempat yang masih terjaga kealamianya
seperti hutan mengingat peranannya sebagai indikator lingkungan.
Dengan
begitu banyak spesies Fungi,Linchens dan lumut maka dirasa perlu untuk
diadakanya studi lapangan guna menambah wawasan kepada Mahasiswa Biologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap keaneakaragaman
spesies Fungi,Lichens dan Lumut.
1.2
Tujuan
Tujuan diadakanya penelitian ini adalah studi
lapangan keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan
Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa
Timur.
1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya penelitia
ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap
dalam memenuhi perkuliahan, terutama mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan
mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai keanekaragaman Fungi,Lichens dan
Lumut.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
2.1
Waktu dan Tempat
Studi
lapangan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 02 Desember 2012 yang
bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu
Malang.
2.2
Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1. Alat
tulis
2. Alat
dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3. Kantong
plastik
4. Buku
identifikasi
2.3
Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dicari
lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan
Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2. Diambil
gambar lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada
setiap spesies yang ditemukan.
3. Dimasukkan
hasil temuan ke dalam kantong plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga
kelestarian).
4. Setelah
sampai di laboratorium, dilakukan pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara
kelompok.
5. Dibedakan
berdasarkan spesies masing-masing, diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6. Dibagi
setiap kelompok untuk dibahas di dalam laporan hasil studi lapangan.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Marchantia polymorpha
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literature
|
(James,2009)
|
3.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi:
Marchantiophyta
Kelas: Marchantiopsida
Ordo: Marchantiales
Famili:
Marchantiaceae
Genus:
Marchantia
Spesies:
Marchantia polymorpha
(Plantamor,2012)
3.1.3 Pembahasan
Pengamatan pertama yang kami lakukan adalah terhadap
salah satu spesies lumut hati (hepaticopsida), yaitu Marchantia polymorpha. Berdasarkan
pengamatan tersebut diketahui bahwa lumut ini memiliki ciri-ciri antara lain
talusnya berbentuk seperti bentuk dasar hati yang terbelah menjadi dua.
Talusnya memiliki panjang sekitar 5 cm dan lebar 2 cm. Warna lumut ini hijau,
namun beberapa yang tampak telah dewasa berwarna kecoklatan. Spesies yang kami
temukan adalah betina karena terlihat dari torehnya yang dalam.
Menurut literatur
(Abdurrahman, 2006), Marchantia polymorpha adalah tumbuhan yang tersebar
luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan
menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat
terbakar, terutama di daerah lembab. Lumut hati berbentuk lembaran daun
dan tumbuh menempel di atas permukaan tanah. Permukaan atas tubuhnya
berwarna hijau dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah penuh dengan
rhizoid yang berfungsi untuk menempel dan mengisap zat-zat makanan.
Tumbuhan ini tidak mempunyai daun dan batang. Jadi, tubuhnya berbentuk
thallus.
Permukaan thallusnya
terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukkan posisi
ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui thallus menunjukkan ruang
udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan
dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong analog dengan
stroma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan
banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal thallusnya terdiri dari sel-sel
memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati (Birsyam,2004).
Bagian
penampang melintang tubuh sebagai berikut (Birsyam,2004)
:
- Bagian paling atas adalah sel-sel epedermis yang dilindungi oleh kutikula. Di bawah epidermis terdapat sel-sel yang mengandung klorofil. Susunan selnya tidak rapat sehingga tampak adanya rongga antar.
- Bagian paling bawah adalah epidermis bawah. Sebagian dinding selnya menonjol membentuk benang yang di sebut rhizoid.
Perkembangbiakannya
dapat secara vegetatif maupun generatif. Reproduksi vegetatif dengan
membentuk gemma atau kuncup. Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti
yang disebut cupule atau kupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk
mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada
tangkai pendek di dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan
dan bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian
bawahnya keluar rhizoid, lalu thallus yang baru akan berkembang (Indrian,1997).
Reproduksi
generatif terjadi dengan membentuk gamet. Dari thallus yang berbentuk
lembaran daun, organ anteridium dan arkegonium mencuat ke atas. Bentuk
arkegonium seperti payung yang memiliki lekuk-lekuk pada
tepinya, sedangkan anteridium seperti payung yang tepinya rata
(Dewi,2006). Anteridium
merupakan organ kelamin jantan yang menghasilkan sperma dan arkegonium
merupakan organ kelamin betina yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk
berenang dalam air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi, dan
menghasilkan zigot, akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium
mempunyai tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut
arkegoniofor (Dewi,2006)
3.2 Anthoceros
laevis
3.2.1 Gambar
Gambar
pengamatan
|
Gambar
literatur
|
3.2.2
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi:
Anthocerotophyta
Kelas: Anthocertopsida
Ordo: Anthocerotales
Famili:
Anthocerotaceae
Genus:
Anthoceros
Spesies:
Anthoceros leavis
(Plantamor,2012)
3.2.3 Pembahasan
Pengamatan kedua oleh kelompok kami
yaitu pengamatan terhadap salah satu spesies lumut tanduk yang memiliki ukuran
sangat kecil yaitu Anthoceros leavis. Talusnya berwarna hijau. Bagian
atasnya seperti tanduk yang merupakan fase sporofit dari lumut tanduk itu sendiri,
Sedangkan bagian bawahnya yang lebar adalah fase gametofit dari lumut tanduk
tersebut. Lumut ini ditemukan pada daerah yang lembab, yaitu tepi sungai dekat
jembatan.
Lumut tanduk
merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan bryophyta lainnya tetapi cukup
berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300
spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan
spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali
disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah
gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat.
Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup
pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit
biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa
sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan
selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai
kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena dalam-dalam di dalam
jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut
sejati(Tjitrosoepomo, 1989).
Stuktur kapsul Anthoceros leavis dalam beberapa segi menyerupai kapsul
tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi
konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril,
yaitu kolumnela, di
tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater
dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh
kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi
oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya
kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir
seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih
memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul
membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya(Indah,2009).
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu
memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini
menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril
dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan
ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus
dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan
membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup (Kimball, 2004).
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk
cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara
rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai
satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada
koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel
penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan
lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus,
demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan
satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan
merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium.
Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada
talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap
(Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk,
panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang
poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel
mandul yang dinamakan kolumela.
Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan
mengasilkan spora, yang disebut arkespora.
Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut
hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama,
akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya.
Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu
sel-selnya mengandung koloroplas (Campbell, 2008).
3.3.1 Gambar
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
(Huda, 2009)
|
3.3.2 Klasifikasi
Kingdom:
Plantae
Divisi:
Briophyta
Kelas: Briopsida
Ordo: Polytricales
Famili:
Polytrichaceae
Genus:
Polytricum
Spesies:
Polytricum commune
(Plantamor,2012)
3.3.3 Pembahasan
Pengamatan selanjutnya yaitu terhadap lumut
daun atau Briophyta yaitu pada genus Polytricum spesies Polytricum commune yang
kami temukan hampir di banyak lokasi penelitian. Ukuran talusnya terlihat lebih
besar dari lumut tanduk. Membentuk koloni yang luas dan batangnya tegak sekitar
5 cm. Memiliki rhizoid yang berupa benang-benang seperti akar.
Menurut(Birsyam, 1992) Polytricum
commune memiliki cirri-ciri antara lain Tangkainya tegak, bentuk
sporangiumnya bulat lonjong, memiliki kaliptra sebagai ujung yang menutupi
sporangium. Kapsul merupakan tangkai yang mendukung arkegonium dan
anteredium.Filoid adalah bagian tubuhnya yang menyerupai daun. Sementara rizoid
adalah bagian yang berfungsi menyerap zat-zat hara. Memiliki juga sporangium
sebagai kotak spora yang merupakan alat perkembangbiakan. Seta adalah pendukung
anteredium dan arkegonium.
Secara anatomi pada sisi perut tulang
terdapat lamella yang membujur. Organ daunnya terdiri atas beberapa sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi
Protonema, kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi
anteridium yang menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum.
Peleburan keduanya menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus
tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora(Mulyanto, 1992).
3.4 Jamur Tiram Putih (Pleurotus
ostreatus)
3.4.1 Gambar
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literature
|
3.4.2 Klasifikasi Pleurotus
ostreatus
Kingdom : Fungi
Devisi : Mycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus
ostreatus
3.4.3 Pembahasan
Hasil pengamatan
dari jamur Pleurotus ostreatus yang
kami temukan di batang pohon yang telah tumbang, di Hutan Lindung Cangar,
Malang ini menunjukkan secara morfologi, Tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau
lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang
membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak
lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat, atau cokelat tua
(kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa.
Daging tebal, berwarna
putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan
rasa tidak merangsang. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan
dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada
atau jika ada biasanya pendek, koko, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi
kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering,
umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Cadar tidak ada.
Jejak spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keunguan, berukuran 7-9 x 3-4
mikron, bentuk lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid.2. HabitatJamur tiram
tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada
batang kayu. Di alam, jamur tiram banyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah
biji kopi (Estiati, 1995)
Tubuh buah jamur tiram
memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya
seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus
ostreatus . Bagian tudung dari jamur
tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan
yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk.
Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia
berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Latifah, 2004)
3.4.4
Manfaat
Manfaat dari Jamur Tiram selain dapat di sayur,
jamur tiram juga dapat diolah menjadi makanan lain, misalnya kerupuk, bahkan di
Eropa dan Amerika, Jamur Tiram sering dikonsumsi langsung, dijadikan semacam
sayuran pada pembukaan salad. Dan paparan tersebut diketahui bahwa pangsa pasar
untuk produk budidaya jamur tiram terbuka lebar, disamping kebutuhan konsumen
setempat setiap hari(Abdurrahman.2006).
3.5 Jamur Kayu (Ganoderma
lucidum)
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
|
3.5.2 Klasifikasi Ganoderma
lucidum
Kingdom : Fungi
Devisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum
3.5.3 Pembahasan
Di alam, jamur ling zhi merupakan parasit pada kelapa sawit. Oleh karena
itu secara umum habitat/lokasi yang
cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit akan cocok untuk pertumbuhan jamur ling
zhi.
Ling zhi dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai ketinggian 600 m di
atas permukaan laut. Di atas ketinggian 600 m Ling Zhi masih dapat tumbuh
dengan baik hanya saja umur panennya
menjadi lebih lama sedangkan di
dataran rendah pertumbuhan jamur Ling zhi
akan lebih cepat dan produksinya lebih banyak (Heddy.1990).
3.5.4 Sejarah Ling Zhi
Ling zhi (Cina), reishi (Jepang) atau yeongji (Korea) adalah jamur yang
termasuk dalam jenis Ganoderma lucidum. Berdasarkan sejarah Cina, ling zhi
pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Seng Nong. Ia dijuluki
sebagai petani yang suci (holyfarmer). Menurut Seng Nong, hal terpenting dari
sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tidak
menimbulkan efek samping. Sekitar 2400 tahun yang lalu, pada masa Dinasti Shu,
ling zhi sangat langka dan hanya digunakan untuk pengobatan raja-raja dan
bangsawan di Cina. Kasiar Shih Huang Ti (259-210 SM), pendiri tembok besar
Cina, juga menggunakan jamur ling zhi sebagai obat hidup abadi (Heddy.1990).
Jenis jamur ini memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau
substrat dengan ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh
buah berbentuk seperti setengah lingkaran yang melebar dengan garis tengah
antara 10-20 cm. Tubuh buah mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih
muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi merah atau cokelat
tua. Tubuh buah inilah yang kemudian dipanen untuk dijadikan bahan baku pembuat
obat-obatan, termasuk jamu(Heddy.1990).
3.5.5 Manfaat
Manfaat Jamur Lingzhi untuk kesehatan. Seperti, Ganotherapy adalah metode
pemeliharaan kesehatan dengan mempergunakan ganoderma dan dapat dikategorikan
dalam ilmu pengobatan holistik. Ganotherapy berprinsip bahwa tubuh kita
sebenarnya mampu mengatasi segala macam gangguan kesehatan apabila sistem dalam
tubuh kita bekerja dengan baik, terutama sistem kekebalan tubuh kita (imune
body system) (Heddy.1990).
3.6 Jamur Kuping (Auricularia
auricular
3.6.1 Gambar
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
3.6.2 Klasifikasi Auricularia
auricular
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Heterbasidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Family : Auriculariceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia
auricula
3.6.3 Pembahasan
Hasil pengamatan dari perjalanan di
Hutan Lindung Cangar, yaitu karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki
tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada
keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti
tulang. Warna tubuh buah jamur kuping pada umumnya hitam atau coklat kehitaman
akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.
Jenis jamur kuping yang paling memiliki
nilai bisnis tinggi adalah yang warna coklat pada bagian atas dan warna hitam
pada bagian bawah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah
satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan, kemudian direndam dengan air dalam
waktu relatif singkat dapat kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya
(Fried.2006)
3.6.4
Manfaat
Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri
kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351
kal. Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak yang aman dan sehat
dikonsumsi. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas vit. B-1, vit. B-2,
niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya. Sedangkan, kandungan mineral jamur
ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya.
Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%. Bila jamur kuping
dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal
zat-zat racun yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun
residu pestisida, dan logam berat. Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir
jamur kuping juga efektif untuk menghambat karsinoma dan sarkoma (sel kanker)
hingga 80-90% (Fried.2006).
3.7 Jamur Payung /
Shitake (Lentinula
edodes)
3.7.1 Gambar
Gambar Pengamatan
|
Gambar Literatur
|
3.7.2 Klasifikasi Lentinula edodes
Kerajaan : Fungi
Filum :
Basidiomycota
Kelas
: Homobasidiomycetes
Ordo
: Agaricaless
Famili
: Marasmiaceae
Genus
: Lentinula
Spesies
: Lentinula edodes
3.7.3
Pembahasan
Jamur ini berbentuk seperti payung,
warnanya berkisar dari cokelat sampai cokelat tua. Memiliki rasa yang kuat dan
mengandung lentin yang mampu memicu produksi interferon, pelawan virus dan
bakteri yang mampu melemahkan daya tahan tubuh. Beberapa studi di Penn State
University, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa jamur ini mengandung 40 kali
antioksidan yang terdapat pada gandum. Kemampuan jamur ini telah membuat para
ilmuwan tertarik untuk memanfaatkannya sebagai bahan penambah daya tahan tubuh.
Dibandingkan dengan jamur maitake, jamur
ini lebih tahan lama karena bisa bertahan sampai 14 hari berada dalam kantong
kertas atau disimpan dalam lemari es. Shitake bisa dimanfaatkan untuk segala
jenis masakan, tetapi biasa digunakan sebagai campuran sup atau pasta (Tim
dosen.2006).
3.7.4
Manfaat
Jamur payung yang paling populer adalah
shitake, nilai ekonomi jamur ini relatif tinggi. Selain rasanya yang lezat,
jamur ini juga dipercaya sebagai obat kanker. Sedangkan jamur ling zhi
(ganoderma lucium) dipercaya berkhasiat mencegah influenza, selain rasanya yang
enak jamur ini juga memiliki bentuk yang indah sehingga tidak heran jika banyak
orang yang memanfaatkannya sebagai hiasan (Tim dosen.2006).
3.8 Pengertian Lichenes (
Lumut Kerak )
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan
Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau
Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis
yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik
karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam
jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering
karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan
bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup
bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau
disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu
kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang
dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak
makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan.
Lichenes adalah tanaman yang hebat.
Berbeda dari lumut biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di
tempat-tempat yang sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini
hidup secara epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah
terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan
juga gunung-gunung yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
3.9 Morfologi Lichenes
Tubuh lichenes
dinamakan thalus yang
secara vegetative mempunyai
kemiripan dengan alga dan jamur. Thalus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna
kuning, oranye, coklat atau merah
dengan habitat yang bervariasi.
Bagian tubuh yang memanjang
secara seluler dinamakan
hifa. Hifa merupakan organ
vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur
yang bukan lichenes. Alga selalu berada
pada bagian permukaan dari thalus (Hawksworth, 1984).
Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian diamati di bawah mikroskop,
maka akan tampak adanya jalinan hifa jamur yang teratur dan dilapisan permukaan
terdapat kelompok alga bersel satu yang terdapat di sela-sela jalinan hifa.
Secara garis besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan,
antara lain :
1. Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas sel-sel
jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
2. Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang mengandung ganggang
dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
3. Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang
tidak rapat berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya
perkembangbiakan (Indah, 2009:41)
Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid.
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid.
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
a) Krustos, jika talus terbentuk
seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat
pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis
scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium. Lichen krustos yang tumbuh terbenam
di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya
yang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b) Folios, jika talus berbentuk
seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini
melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai
alat untuk mengabsorbsi makanan.
Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c) Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung
seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
d) Squalumose, Lichen
ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur
tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli,
Cladonia carneola.
Menurut Yurnaliza (2002) disebutkan struktur
morfologi dapat dalam diwakili oleh jenis foliose karena jenis ini mempunyai
empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
- Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
- Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.
- Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
- Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.
3.10 Perkembangbiakan Lumut Kerak (Lichen)
Perkembangbiakan
lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 : 44) :
- Secara Vegetatif
ü
Fragmentasi : Fragmentasi
adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari
induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh
yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian
tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan
lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang
paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
ü
Isidia : Kadang-kadang
isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion.
Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
ü
Soredia : Soredia adalah
kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi
benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya.
Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup
angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik
yang sama dengan induknya.
B. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan
jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok
jamur yang membangun tubuh lichenes.
3.11 Klasifikasi Lichen
Lichenes sangat sulit
untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta
sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi seperti
Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes
dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey
meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955)
menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang
berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan
dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut (Indah, 2009 :
44):
1. Berdasarkan komponen cendawan yang
menyusunnya :
A. Ascolichens.
ü
Cendawan penyusunnya
tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium.
Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
ü
Cendawan penyusunnya
tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang
berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga
oleh komponen alga dari famili:
Mycophyceae
dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah
: Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari
Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae.
Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora,
Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema
dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria,
Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus
:
A. Homoimerus
Sel alga
dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan
bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga
terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan
terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.
3.12 Pembahasan Spesies Lichen
3.12.1 Usnea subfloridana
a. Gambar Usnea subfloridana
Pengamatan
|
Literatur
|
Keterangan :
- Thalus tumbuh tegak menggantung pada pohon
- Berwarna abu-abu kehijauan
- Memiliki percabangan
b.
Klasifikasi
Klasifikasi pada lumut kerak ini adalah sebagai berikut
(Alexopoulos , 1979) :
Kingdom Plantae
Subdivisio Lichenes
Kelas Acholichenes
Subkelas Hymenoascholichenes
Ordo Lecanorineae
Family Usneaceae
Genus Usnea
Spesies Usnea subfloridana
c. Pembahasan
Menurut
pengamatan yang telah dilakukan jenis dari lumut kerak ini termasuk ke dalam
fructicose dengan morfologi tubuhnya yang tegak, berumbai, bercabang banyak
berwarna kuning , abu-abu kehijauan. Ditemukan menggantung pada substrat yaitu
batang pepohonan.
Menurut
Muzayyinah (2005) Genus Usnea memiliki thalus berbentuk fruticosa, berwarna
putih kehijauan, berbulu kasar atau berambut kasar, dikenal dengan nama lumut
kerak jenggot, bahan jamu atau obat . hidup epifit dipohon kering. Jenidnya:
Usnea dasypoga (berambut kasar), Usnea articulata (tak berambut), Usnea
caratina (kerdil dan keras).
Usnea
termasuk tanaman epifit tahunan, hidup menempel pada pohon yang keras. Thalus
seperti benang, tegak atau bergantungan, tanpa rhizoid-rhizoid dan melekat pada
substrat dengan suatu cakram pelekat yang yang berasal dari lapisan teras
(empulur). Thalus bercabang-cabang yang yang bentuknya seperti serabut, kulitn
seperti tanduk, rapuh atas terdiri hifa-hifa berdinding tebal, bersepta dan
tegak lurus pada poros bujur (Miharjo,1996).
Menurut Hennsen & Jahns (1974) thallus terkena insolation
yang kuat biasanya akan
kekuningan hijau, karena konsentrasi tinggi kemungkinan asam usnat di korteks, yang seharusnya melindungi ganggang terhadap cahaya yang berlebihan. Dalam situasi teduh thalus berwarna hijau keabu-abuan yang mungkin mencerminkan konsentrasi rendah asam usnat di korteks.
kekuningan hijau, karena konsentrasi tinggi kemungkinan asam usnat di korteks, yang seharusnya melindungi ganggang terhadap cahaya yang berlebihan. Dalam situasi teduh thalus berwarna hijau keabu-abuan yang mungkin mencerminkan konsentrasi rendah asam usnat di korteks.
3.12.2 Cladonia macilenta
a. Gambar Cladonia macilenta
Pengamatan
|
Literatur
|
Keterangan
Gambar :
1. Thalus melekat pada substrat yaitu bada batang pohon
2. Thalus berwarna putih abu-abu kehijauan
3. Thalus berbentuk silindris dengan permukaan yang kasar
b. Klasifikasi
Klasifiksi
jenis lumut kerak adalah sebagai berikut :
Kingdom Plantae
Subdivisio Lichenes
Kelas Acholichenes
Subkelas Hymenoascholichenes
Ordo Lecanorineae
Family Cladoniceae
Genus Cladonia
Spesies Cladonia macilenta
c.
Pembahasan
Menurut
hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Cladonia macilenta merupakan salah satu
jenis lichen dengan thalus yang menggantung pada pohon dengan tubuhnya yang
melekat pada dasar batang pohon. Dengan permukaan tubuh thalus yang kasar dan
berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dalam hal ini, jenis dari lumut kerak
ini termasuk ke dalam lumut kerak jenis fructicosa. Hal ini dikarenakan tubuh
thalus sebagian besar menggantung pada substrat.
Dalam
Muzayyinah (2005) Genus Cladoinia thalusnya berbentuk fruticose, berwarna putih
kehijauan, membentuk ascorcap tipe apotesium yang agak membulat. Warna ascorcap
ada yang merah dan coklat kehitaman. Thalus dengan bentuk silindris dan
percabangan dikotom atau menggarpu yang sederhana dengan permukaan yang kasar
(clados = bercabang-cabang). Berkembangbiak dengan fragmentasi thalus, soredia,
dan ascorcap. Hidup di tanah yang lembab. Jenisnya: Cladonia coccifera (pendek
tebal), Cladonia squamosa (bersisik), Cladonia macilenta (thalus halus),
Cladonia furcata (tanduk cabang langsing).
3.12.3 Physcia
sp.
a. Gambar
Gambar
Hasil Pengamatan
|
Gambar
Literatur
|
(Yurnaliza, 2002)
|
Keterangan Gambar :
1.
Thalus menempel sebagian pada substrat
yaitu pada batang pohon
2.
Thalus berbentuk menyerupai lembaran
daun berwarna abu-abu kehijauan
b.
Klasifikasi
Klasifikasi Physcia sp. sebagai berikut (Chang,
1978):
Kingdom: Fungi
Divisi: Lichenes
Kelas: Ascholicenes
Ordo: lecanorales
Family: Physciaceae
Genus: Physcia
Spesies: Physcia
sp.
b. Pembahasan
Menurutkan pengaatan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa jenis lumut kerak ini memiliki thalus yang sebagian menempel
pada substrat dengan berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dengan bentuk
thalus yang menyerupai daun dan bagian tepi yang sedikit menjungkit.
Menurut Kurniawan (2009) lichen foliose memiliki
struktur seperti daun yang terstruktur dan tersusun oleh lobus-lobus. Lichen
ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Talusnya datar, lebar,
banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan
bawah berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizenes. Rhizenes
juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorpsi makanan. Contoh: Xantoria,
Physcia, Parmelia, dan lain-lain.
Lumur kerak ini juga penyusunnya dari alga hijau dan
jamur ascomycetes, talusnya berbentuk foliose, berwarna abu-abu, percabangannya
lebih halus dari Pamelia yang hampir lekat dengan substrat dan agak membundar
sehingga Physcia sp. ini sering
dikira bertalus crustose, biasanya banyak pada kulit pepohonan (Bold.1987).
BAB
IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Menurut
pengamatan studi lapangan yang telah dilakukan , dapat diketahui beberapa
keanekaragaman tumbuhan rendah yang kaya pada daerah kawasan Taman Hutan Raya
(Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang. Seperti halnya bentuk-bentuk dari jamur
makroskopik , tumbuhan lumut dan juga lichen (lumut kerak).
Maka,
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pengamatan dan pengetahuan mengenai
beberapa keanekaragaman tumbuhn rendah seperti jamur, tumbuhan lumut dan lichen
(lumut kerak) sangatlah berguna dan dibutuhkan penggambaran atau aplikasi
secara langsung dari pemahaman tersebut yakni dengan pengamatan studi lapangan
tersebut.
1.2 Saran
Diharapkan
studi lapangan berikutnya yaitu harus lebih baik dari yang sekarang, baik dari segi sarana dan prasarana harus
lebih diperhatikan. Efisiensi waktu perlu diperhatikan agar dapat melakukan
studi lapangan dengan benar, optimal dan mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Deden. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung :
Grafindo Media Pratama
Alexopoulos, C.J. 1979.
Introduction of Mycology. New York :
John Kliley and Sons
Birsyam,Inge.2004.Botani tumbuhan
Rendah.Bandung : Biologi FMIP ITB
Bold dan Wyne. 1987. Introduction To The
Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG, and Taylor MR. 2002. Biologi. 4th Ed. ,
Addison Wesley World Student Series, San Fransisco.
Dewi, Puspita. 2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis Pada Zone Litoral di Beberapa Pantai Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng. Tidak diterbitkan
Fried,
George, H, danHademenos, J. 2006.Biologi edisi kedua.Yogyakarta : Erlangga
Hawksworth. 1984. The
Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher
Heddy,
Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta ; Rajawali Pers.
Indah,Najmi.2009.Taksonomi Tumbuhan Tingkat
Rendah.Jember :PGRI Jember Tidakditerbitkan
Indriani, Hety dan Sumiarsih, Emi. 1997. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut.
Jakarta: Penebar Swadaya
Kimball,
JohnW.Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta : Erlangga.1987
Miharjo, Siswo. 1996. Pemanfaatan
Ekstrak Kayu Angin Usnea Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif. Semarang : FMIPA
Universitas Diponegoro
Muzayyinah.
2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. UNS Press: Surakarta
Tim
Dosen. 2011.Penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan Rendah. Makassar
: UIN Press
Tjitrosoepomo,
G.,1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Yurnaliza.
2002. Karakteristik Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes. Medan : USU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar