Senin, 10 Desember 2012

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN STUDI PENGAMATAN FUNGI, LICHEN DAN LUMUT


LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
TAKSONOMI TUMBUHAN RENDAH

STUDI LAPANGAN PENGAMATAN FUNGI,LICHENS dan LUMUT
 Di Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar

Dosen Pembimbing:
Drs.Sulisetitjono,M.Si
Ainun Nikmati Laily,M.si


 
Oleh :
Anggik Tri Mardi        (11620076)
Lia Hikmatul Maula    (11620051)
Moch.Zaenal              (11620042)
Rizkia Rodhia R         (11620063)
Rudin Wijiono            (11620061)







JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Desember 2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan Jambrut khatulistiwa, oleh sebab itu tidak mengherankan jika Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna.Beberapa keanekaragam flora yang di miliki Indonesia adalah keanekaragaman Fungi, Lichens, dan Lumutnya. Perkiraan menurut Hawksworth (1991), terdapat 1.500.000 spesies fungi di dunia dan  200.000 spesies dari 1.500.000 spesies tersebut terdapat di Indonesia (Gandjar,2006).
Selain itu,berdasarkan data Herbarium Bogoriensis Bogor, Indonesia mempunyai 40.000 spesies lichens.Di Indonesia juga mempunyai 1500 spesies lumut dari 4000 spesies lumut yang terdapat di bumi.
Fungi,Lichens dan Lumut dapat ditemukan di tempat tempat yang masih terjaga kealamianya seperti hutan mengingat peranannya sebagai indikator lingkungan.
Salah satu tempat yang mempunyai memiliki spesies-spesies tersebut dengan keanekaragaman yang cukup adalah Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar. Taman Hutan Raya (TAHURA) R. Soerjo Cangar adalah kawasan hutan yang terletak di Kota Batu Jawa Timur pada ketinggian kurang lebih 1600 m di atas permukaan laut,  merupakan kawasan konservasi dibawah naungan Balai Taman Hutan Raya milik Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur terutama di wilayah Batu yang masuk kawasan Cagar Alam.
Dengan begitu banyak spesies Fungi,Linchens dan lumut maka dirasa perlu untuk diadakanya studi lapangan guna menambah wawasan kepada Mahasiswa Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap keaneakaragaman spesies Fungi,Lichens dan Lumut.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakanya penelitian ini adalah studi lapangan keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.3 Manfaat
Manfaat dari diadakannya penelitia ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi perkuliahan, terutama mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama mahasiswa biologi mengenai keanekaragaman Fungi,Lichens dan Lumut.


 
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1    Waktu dan Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 02 Desember 2012 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.

2.2    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1.    Alat tulis
2.    Alat dokumentasi (kamera digital dan handycam)
3.    Kantong plastik
4.    Buku identifikasi

2.3    Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.      Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta), dan jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3.      Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong plastik (cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
4.      Setelah sampai di laboratorium, dilakukan pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara kelompok.
5.      Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing, diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6.      Dibagi setiap kelompok untuk dibahas di dalam laporan hasil studi lapangan.


 
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1  Marchantia polymorpha
3.1.1 Gambar
Gambar pengamatan
Gambar literature

(James,2009)
3.1.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
 Divisi: Marchantiophyta       
                        Kelas: Marchantiopsida
                                    Ordo: Marchantiales
                                                Famili: Marchantiaceae
                                                            Genus: Marchantia
                                                                        Spesies: Marchantia polymorpha
                                                                                                (Plantamor,2012)
3.1.3 Pembahasan
Pengamatan pertama yang kami lakukan adalah terhadap salah satu spesies lumut hati (hepaticopsida), yaitu Marchantia polymorpha. Berdasarkan pengamatan tersebut diketahui bahwa lumut ini memiliki ciri-ciri antara lain talusnya berbentuk seperti bentuk dasar hati yang terbelah menjadi dua. Talusnya memiliki panjang sekitar 5 cm dan lebar 2 cm. Warna lumut ini hijau, namun beberapa yang tampak telah dewasa berwarna kecoklatan. Spesies yang kami temukan adalah betina karena terlihat dari torehnya yang dalam.
Menurut literatur (Abdurrahman, 2006), Marchantia polymorpha adalah tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah lembab. Lumut hati berbentuk lembaran daun dan tumbuh menempel di atas permukaan tanah. Permukaan atas tubuhnya berwarna hijau dan mengkilap, sedangkan permukaan bawah penuh dengan rhizoid yang berfungsi untuk menempel dan mengisap zat-zat makanan. Tumbuhan ini tidak mempunyai daun dan batang. Jadi, tubuhnya berbentuk thallus.
Permukaan thallusnya terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukkan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui thallus menunjukkan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong analog dengan stroma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal thallusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati (Birsyam,2004).
Bagian penampang melintang tubuh sebagai berikut (Birsyam,2004) :
  1. Bagian paling atas adalah sel-sel epedermis yang dilindungi oleh kutikula. Di bawah epidermis terdapat sel-sel yang mengandung klorofil. Susunan selnya tidak rapat sehingga tampak adanya rongga antar.
  2. Bagian paling bawah adalah epidermis bawah. Sebagian dinding selnya menonjol membentuk benang yang di sebut rhizoid.
Perkembangbiakannya dapat secara vegetatif maupun generatif. Reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup. Gemma ini tumbuh pada struktur yang seperti yang disebut cupule atau kupula pada thallus bagian atas. Kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupula. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rhizoid, lalu thallus yang baru akan berkembang (Indrian,1997).
Reproduksi generatif terjadi dengan membentuk gamet. Dari thallus yang berbentuk lembaran daun, organ anteridium dan arkegonium mencuat ke atas. Bentuk arkegonium seperti payung yang memiliki lekuk-lekuk pada tepinya, sedangkan anteridium seperti payung yang tepinya rata (Dewi,2006). Anteridium merupakan organ kelamin jantan yang menghasilkan sperma dan arkegonium merupakan organ kelamin betina yang menghasilkan ovum. Sperma yang masuk berenang dalam air untuk mencapai ovum sehingga terjadi fertilisasi, dan menghasilkan zigot, akan tumbuh untuk menjadi thallus baru. Anteridium mempunyai tangkai yang disebut anteridiofor dan tangkai arkegonium disebut arkegoniofor (Dewi,2006)

3.2  Anthoceros laevis
3.2.1 Gambar
Gambar pengamatan
Gambar literatur

(Hilman,2008)
3.2.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
 Divisi: Anthocerotophyta     
                        Kelas: Anthocertopsida
                                    Ordo: Anthocerotales
                                                Famili: Anthocerotaceae
                                                            Genus: Anthoceros
                                                                        Spesies: Anthoceros leavis
       (Plantamor,2012)
3.2.3 Pembahasan
Pengamatan kedua oleh kelompok kami yaitu pengamatan terhadap salah satu spesies lumut tanduk yang memiliki ukuran sangat kecil yaitu Anthoceros leavis. Talusnya berwarna hijau. Bagian atasnya seperti tanduk yang merupakan fase sporofit dari lumut tanduk itu sendiri, Sedangkan bagian bawahnya yang lebar adalah fase gametofit dari lumut tanduk tersebut. Lumut ini ditemukan pada daerah yang lembab, yaitu tepi sungai dekat jembatan.
Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan bryophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena  dalam-dalam di dalam jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati(Tjitrosoepomo, 1989).
Stuktur kapsul Anthoceros leavis  dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya(Indah,2009).
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup (Kimball, 2004).
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas (Campbell, 2008).
3.3.1 Gambar
Gambar pengamatan
Gambar literature
(Huda, 2009)
3.3.2 Klasifikasi
Kingdom: Plantae
 Divisi: Briophyta      
                        Kelas: Briopsida
                                    Ordo: Polytricales
                                                Famili: Polytrichaceae
                                                            Genus: Polytricum
                                                                        Spesies: Polytricum commune
(Plantamor,2012)
3.3.3 Pembahasan
            Pengamatan selanjutnya yaitu terhadap lumut daun atau Briophyta yaitu pada genus Polytricum spesies Polytricum commune yang kami temukan hampir di banyak lokasi penelitian. Ukuran talusnya terlihat lebih besar dari lumut tanduk. Membentuk koloni yang luas dan batangnya tegak sekitar 5 cm. Memiliki rhizoid yang berupa benang-benang seperti akar.
Menurut(Birsyam, 1992) Polytricum commune memiliki cirri-ciri antara lain Tangkainya tegak, bentuk sporangiumnya bulat lonjong, memiliki kaliptra sebagai ujung yang menutupi sporangium. Kapsul merupakan tangkai yang mendukung arkegonium dan anteredium.Filoid adalah bagian tubuhnya yang menyerupai daun. Sementara rizoid adalah bagian yang berfungsi menyerap zat-zat hara. Memiliki juga sporangium sebagai kotak spora yang merupakan alat perkembangbiakan. Seta adalah pendukung anteredium dan arkegonium.
Secara anatomi pada sisi perut tulang terdapat lamella yang membujur. Organ daunnya terdiri atas beberapa sel. Lumut berkembangbiak dengan spora, Spora tumbuh menjadi Protonema, kemudian menjadi Tumbuhan lumut. Tumbuhan lumut terbagi menjadi anteridium yang menghasilkan sperma dan akegonoium yang menghasilkan ovum. Peleburan keduanya menghasilkan zigot dan tumbuh menjadi embrio. Embrio terus tumbuh menjadi sporangium dan menghasilkan spora(Mulyanto, 1992).

3.4 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
3.4.1 Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literature



(Zainuri.2008)
3.4.2 Klasifikasi Pleurotus ostreatus
Kingdom : Fungi
Devisi : Mycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
3.4.3 Pembahasan
            Hasil pengamatan dari jamur Pleurotus ostreatus  yang kami temukan di batang pohon yang telah tumbang, di Hutan Lindung Cangar, Malang ini menunjukkan secara morfologi, Tudung mempunyai diameter 4-15 cm atau lebih, bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat, atau cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa.
Daging tebal, berwarna putih, kokoh, tetapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Bilah cukup berdekatan, lebar, warna putih atau keabuan dan sering kali berubah menjadi kekuningan ketika dewasa. Tangkai tidak ada atau jika ada biasanya pendek, koko, dan tidak di pusat atau lateral (tetapi kadang-kadang di pusat), panjang 0,5-4,0 cm, gemuk, padat, kuat, kering, umumnya berambut atau berbulu kapas paling sedikit di dasar. Cadar tidak ada. Jejak spora putih sampai ungu muda atau abu-abu keunguan, berukuran 7-9 x 3-4 mikron, bentuk lonjong sampai jorong, licin, nonamiloid.2. HabitatJamur tiram tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Di alam, jamur tiram banyak dijumpai tumbuh pada tumpukan limbah biji kopi (Estiati, 1995)
Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping (bahasa Latin: pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus .  Bagian tudung dari jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga memiliki spora berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih yang bisa tumbuh dengan cepat (Latifah, 2004)
3.4.4 Manfaat
Manfaat dari Jamur Tiram selain dapat di sayur, jamur tiram juga dapat diolah menjadi makanan lain, misalnya kerupuk, bahkan di Eropa dan Amerika, Jamur Tiram sering dikonsumsi langsung, dijadikan semacam sayuran pada pembukaan salad. Dan paparan tersebut diketahui bahwa pangsa pasar untuk produk budidaya jamur tiram terbuka lebar, disamping kebutuhan konsumen setempat setiap hari(Abdurrahman.2006).
3.5 Jamur Kayu (Ganoderma lucidum)
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
            
 
(Zainuri, 2008)
3.5.2 Klasifikasi Ganoderma lucidum
Kingdom : Fungi
Devisi : Basidiomycota
Kelas : Agaricomycetes
Ordo : Polyporales
Family : Ganodermaceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma lucidum
3.5.3 Pembahasan
Di alam, jamur ling zhi merupakan parasit pada kelapa sawit. Oleh karena itu secara umum habitat/lokasi  yang cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit akan cocok untuk pertumbuhan jamur ling zhi.
Ling zhi dapat dibudidayakan di dataran rendah sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut. Di atas ketinggian 600 m Ling Zhi masih dapat tumbuh dengan baik hanya saja umur panennya  menjadi lebih lama  sedangkan di dataran rendah pertumbuhan jamur Ling zhi  akan lebih cepat dan produksinya lebih banyak (Heddy.1990).
3.5.4 Sejarah Ling Zhi
Ling zhi (Cina), reishi (Jepang) atau yeongji (Korea) adalah jamur yang termasuk dalam jenis Ganoderma lucidum. Berdasarkan sejarah Cina, ling zhi pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Seng Nong. Ia dijuluki sebagai petani yang suci (holyfarmer). Menurut Seng Nong, hal terpenting dari sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama tidak menimbulkan efek samping. Sekitar 2400 tahun yang lalu, pada masa Dinasti Shu, ling zhi sangat langka dan hanya digunakan untuk pengobatan raja-raja dan bangsawan di Cina. Kasiar Shih Huang Ti (259-210 SM), pendiri tembok besar Cina, juga menggunakan jamur ling zhi sebagai obat hidup abadi (Heddy.1990).
Jenis jamur ini memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti setengah lingkaran yang melebar dengan garis tengah antara 10-20 cm. Tubuh buah mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi merah atau cokelat tua. Tubuh buah inilah yang kemudian dipanen untuk dijadikan bahan baku pembuat obat-obatan, termasuk jamu(Heddy.1990).
3.5.5 Manfaat
Manfaat Jamur Lingzhi untuk kesehatan. Seperti, Ganotherapy adalah metode pemeliharaan kesehatan dengan mempergunakan ganoderma dan dapat dikategorikan dalam ilmu pengobatan holistik. Ganotherapy berprinsip bahwa tubuh kita sebenarnya mampu mengatasi segala macam gangguan kesehatan apabila sistem dalam tubuh kita bekerja dengan baik, terutama sistem kekebalan tubuh kita (imune body system) (Heddy.1990).
3.6 Jamur Kuping (Auricularia auricular
3.6.1 Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
                

(Zainuri.2008)
3.6.2 Klasifikasi Auricularia auricular
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Kelas : Heterbasidiomycetes
Ordo : Auriculariales
Family : Auriculariceae
Genus : Auricularia
Spesies : Auricularia auricula
3.6.3 Pembahasan
Hasil pengamatan dari perjalanan di Hutan Lindung Cangar, yaitu karakteristik dari jamur kuping ini adalah memiliki tubuh buah yang kenyal (mirip gelatin) jika dalam keadaan segar. Namun, pada keadaan kering, tubuh buah dari jamur kuping ini akan menjadi keras seperti tulang. Warna tubuh buah jamur kuping pada umumnya hitam atau coklat kehitaman akan tetapi adapula yang memiliki warna coklat tua.
Jenis jamur kuping yang paling memiliki nilai bisnis tinggi adalah yang warna coklat pada bagian atas dan warna hitam pada bagian bawah, serta ukuran tubuh buah kecil. Jamur kuping merupakan salah satu jamur konsumsi yang umum dikeringkan, kemudian direndam dengan air dalam waktu relatif singkat dapat kembali seperti bentuk dan ukuran segarnya (Fried.2006)
3.6.4 Manfaat
Kandungan nutrisi jamur kuping terdiri kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu dan nilai energi sebesar 351 kal. Kandungan lemak di dalam jamur, lebih dari 72% lemak yang aman dan sehat dikonsumsi. Vitamin di dalam jamur ini sendiri terdiri atas vit. B-1, vit. B-2, niasin, biotin, vitamin C, dan sebagainya. Sedangkan, kandungan mineral jamur ini tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa elemen mikro lainnya. Kandungan serat di dalam jamur berkisar antara 7,4-27,6%. Bila jamur kuping dipanaskan maka lendir yang dihasilkannya memiliki khasiat sebagai penangkal zat-zat racun yang terbawa dalam makanan, baik dalam bentuk racun nabati, racun residu pestisida, dan logam berat. Kandungan senyawa yang terdapat dalam lendir jamur kuping juga efektif untuk menghambat karsinoma dan sarkoma (sel kanker) hingga 80-90% (Fried.2006).


3.7 Jamur Payung / Shitake (Lentinula edodes)
3.7.1 Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
         

 
 (Zainuri.2008)
3.7.2 Klasifikasi Lentinula edodes
Kerajaan : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Homobasidiomycetes
Ordo : Agaricaless
Famili : Marasmiaceae
Genus : Lentinula
Spesies : Lentinula edodes
3.7.3 Pembahasan
Jamur ini berbentuk seperti payung, warnanya berkisar dari cokelat sampai cokelat tua. Memiliki rasa yang kuat dan mengandung lentin yang mampu memicu produksi interferon, pelawan virus dan bakteri yang mampu melemahkan daya tahan tubuh. Beberapa studi di Penn State University, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa jamur ini mengandung 40 kali antioksidan yang terdapat pada gandum. Kemampuan jamur ini telah membuat para ilmuwan tertarik untuk memanfaatkannya sebagai bahan penambah daya tahan tubuh.
Dibandingkan dengan jamur maitake, jamur ini lebih tahan lama karena bisa bertahan sampai 14 hari berada dalam kantong kertas atau disimpan dalam lemari es. Shitake bisa dimanfaatkan untuk segala jenis masakan, tetapi biasa digunakan sebagai campuran sup atau pasta (Tim dosen.2006).
3.7.4 Manfaat
Jamur payung yang paling populer adalah shitake, nilai ekonomi jamur ini relatif tinggi. Selain rasanya yang lezat, jamur ini juga dipercaya sebagai obat kanker. Sedangkan jamur ling zhi (ganoderma lucium) dipercaya berkhasiat mencegah influenza, selain rasanya yang enak jamur ini juga memiliki bentuk yang indah sehingga tidak heran jika banyak orang yang memanfaatkannya sebagai hiasan (Tim dosen.2006).
3.8 Pengertian Lichenes ( Lumut Kerak )
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel satu (fikobion). Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Lumut kerak bersifat endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu. Dalam hidupnya lichenes tidak memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan jika turun hujan bisa hidup kembali (Indah, 2009 : 41).
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan dua tanaman yang hidup bersama (bersimbiosis), yaitu antara fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang (alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan suatu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur. Sebab utama hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara itu, tugas jamur adalah member perlindungan terhadap kekeringan. Lichenes adalah  tanaman yang hebat. Berbeda dari lumut biasa yang tumbuh di tempat lembap, lichenes bias tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara epifit pada pohon-pohonan tetapi dapat juga hidup di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara, di atas batu cadas, di tepi pantai dan juga gunung-gunung yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).

3.9 Morfologi Lichenes
   Tubuh  lichenes  dinamakan  thalus  yang  secara  vegetative  mempunyai  kemiripan dengan  alga dan  jamur. Thalus ini  berwarna abu-abu  atau  abu-abu  kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau merah  dengan  habitat yang bervariasi. Bagian  tubuh yang  memanjang  secara  seluler  dinamakan  hifa. Hifa  merupakan organ vegetative dari thalus atau miselium yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada  pada bagian  permukaan dari  thalus (Hawksworth, 1984).
Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak adanya jalinan hifa jamur yang teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu yang terdapat di sela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan menjadi tiga lapisan, antara lain :
1. Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
2. Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang mengandung ganggang dan menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
3. Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan (Indah, 2009:41)
Pada lumut kerak berdaun (feliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada substrat atau yang disebut dengan rizoid.
Menurut bentuk pertumbuhannya, lumut kerak terbagi menjadi tiga tipe yaitu (Indah, 2009:42) :
a) Krustos, jika talus terbentuk seperti kerak (kulit keras), berukuran kecil, datar dan tipis. melekat erat pada substratnya (batu, kulit pohon atau tanah). Contohnya : Physcia,Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau Pleopsidium. Lichen krustos yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan yang biasanya disebut endolitik.
b) Folios, jika talus berbentuk seperti daun. Thallusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai alat untuk  mengabsorbsi makanan. Contohnya : Umbillicaria, Parmelia, Xantoria, Physcia, Peltigera.
c) Frutikos, jika talus tegak seperti semak atau menggac ntung seperti jumbai atau pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contohnya : Usnea longissima.
d) Squalumose, Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia. Contoh : Psora pseudorusselli, Cladonia carneola.
Menurut Yurnaliza (2002) disebutkan struktur morfologi dapat dalam diwakili oleh jenis foliose karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas yaitu:
  1. Korteks atas, berupa jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan.
  2. Daerah alga, merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi. 
  3. Medulla, terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan antara dua pembuluh.
  4. Korteks bawah, lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi.

3.10 Perkembangbiakan Lumut Kerak (Lichen)
   Perkembangbiakan lichenes melalui tiga cara, yaitu (Indah, 2009 : 44) :
  1. Secara Vegetatif
ü  Fragmentasi : Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan fragmen. Pada beberapa fruticose, bagian tubuh yang lepas tadi, dibawa oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan lichenes yang baru. Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif untuk peningkatan jumlah individu.
ü  Isidia : Kadang-kadang isidia lepas dari thallus induknya yang masing-masing mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru jika kondisinya sesuai.
ü  Soredia : Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang membelah dan diselubungi benag-benang miselium menjadi suatu badan yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus, soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh lichenes baru. Lichenes yang baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya.
B. Secara Seksual
Perkembangan seksual pada lichenes hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja. Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang membangun tubuh lichenes.
3.11 Klasifikasi Lichen
   Lichenes sangat sulit untuk diklasifikasikan karena merupakan gabungan dari alga dan fungi serta sejarah perkembangan yang berbeda. Para ahli klasifikasitaksonomi seperti Bessey (1950), Martin (1950) dan Alexopoulus (1956), berpendapat bahwa lichenes dikelompokkan dan diklasifikasikan ke dalam kelompok jamur sebenarnya. Bessey meletakkannya dalam ordo Leocanorales dari Ascomycetes. Smith (1955) menganjurkan agar lichenes dikelompokkan dalam kelompok yang terpisah yang berbeda dari alga dan fungi. Lichenes memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar dasar klasifikasinya secara umum adalah sebagai berikut (Indah, 2009 : 44):
1. Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya :
A. Ascolichens.
ü  Cendawan penyusunnya tergolong Pyrenomycetales, maka tubuh buah yang dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
ü  Cendawan penyusunnya tergolong Discomycetes. Lichenes membentuk tubuh buah berupa apothecium yang berumur panjang. Contoh : Usnea dan Parmelia.
Dalam Klas Ascolichens ini dibangun juga oleh komponen alga dari famili:
Mycophyceae dan Chlorophyceae yang bentuknya berupa gelatin. Genus dari Mycophyceae adalah : Scytonema, Nostoc, Rivularia, Gleocapsa dan lain-lain. Dari Cholophyceae adalah : Protococcus, Trentopohlia, Cladophora dll.
B. Basidiolichenes
Berasal dari jamur Basidiomycetes dan alga Mycophyceae. Basidiomycetes yaitu dari famili : Thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella dan Dyctionema. Mycophyceae berupa filamen yaitu : Scytonema dan tidak berbentuk filamen yaitu Chrococcus.
C. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon, Normandia, dll.
2. Berdasarkan alga yang menyusun thalus :
A. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
B. Heteromerous
Sel alga terbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae. Contoh : Parmelia.
3.12 Pembahasan Spesies Lichen
3.12.1 Usnea subfloridana
a. Gambar Usnea subfloridana
Pengamatan
Literatur


 
 (Rhoades, 2010)
Keterangan :
  1. Thalus tumbuh tegak menggantung pada pohon
  2. Berwarna abu-abu kehijauan
  3. Memiliki percabangan
b.    Klasifikasi
Klasifikasi pada lumut kerak ini adalah sebagai berikut (Alexopoulos , 1979) :
Kingdom          Plantae
    Subdivisio        Lichenes
         Kelas              Acholichenes
                                    Subkelas          Hymenoascholichenes
                  Ordo                 Lecanorineae
                       Family              Usneaceae
                            Genus              Usnea
                                 Spesies           Usnea subfloridana
c.    Pembahasan
Menurut pengamatan yang telah dilakukan jenis dari lumut kerak ini termasuk ke dalam fructicose dengan morfologi tubuhnya yang tegak, berumbai, bercabang banyak berwarna kuning , abu-abu kehijauan. Ditemukan menggantung pada substrat yaitu batang pepohonan.
Menurut Muzayyinah (2005) Genus Usnea memiliki thalus berbentuk fruticosa, berwarna putih kehijauan, berbulu kasar atau berambut kasar, dikenal dengan nama lumut kerak jenggot, bahan jamu atau obat . hidup epifit dipohon kering. Jenidnya: Usnea dasypoga (berambut kasar), Usnea articulata (tak berambut), Usnea caratina (kerdil dan keras).
Usnea termasuk tanaman epifit tahunan, hidup menempel pada pohon yang keras. Thalus seperti benang, tegak atau bergantungan, tanpa rhizoid-rhizoid dan melekat pada substrat dengan suatu cakram pelekat yang yang berasal dari lapisan teras (empulur). Thalus bercabang-cabang yang yang bentuknya seperti serabut, kulitn seperti tanduk, rapuh atas terdiri hifa-hifa berdinding tebal, bersepta dan tegak lurus pada poros bujur (Miharjo,1996).
Menurut Hennsen & Jahns (1974) thallus terkena insolation yang kuat biasanya akan
kekuningan hijau, karena konsentrasi tinggi kemungkinan asam usnat di korteks,
yang  seharusnya melindungi ganggang terhadap cahaya yang berlebihan. Dalam situasi teduh thalus berwarna hijau keabu-abuan yang mungkin mencerminkan konsentrasi rendah asam usnat di korteks.
3.12.2 Cladonia macilenta
a. Gambar Cladonia macilenta
Pengamatan
Literatur



(Rhoades, 2010)
Keterangan Gambar :
1.      Thalus melekat pada substrat yaitu bada batang pohon
2.      Thalus berwarna putih abu-abu kehijauan
3.      Thalus berbentuk silindris dengan permukaan yang kasar
b.  Klasifikasi
Klasifiksi jenis lumut kerak adalah sebagai berikut :
            Kingdom          Plantae
                Subdivisio        Lichenes
                    Kelas              Acholichenes
                                               Subkelas          Hymenoascholichenes
                            Ordo                 Lecanorineae
                                 Family              Cladoniceae
                                     Genus              Cladonia
                                          Spesies           Cladonia macilenta
c. Pembahasan
Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Cladonia macilenta merupakan salah satu jenis lichen dengan thalus yang menggantung pada pohon dengan tubuhnya yang melekat pada dasar batang pohon. Dengan permukaan tubuh thalus yang kasar dan berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dalam hal ini, jenis dari lumut kerak ini termasuk ke dalam lumut kerak jenis fructicosa. Hal ini dikarenakan tubuh thalus sebagian besar menggantung pada substrat.
Dalam Muzayyinah (2005) Genus Cladoinia thalusnya berbentuk fruticose, berwarna putih kehijauan, membentuk ascorcap tipe apotesium yang agak membulat. Warna ascorcap ada yang merah dan coklat kehitaman. Thalus dengan bentuk silindris dan percabangan dikotom atau menggarpu yang sederhana dengan permukaan yang kasar (clados = bercabang-cabang). Berkembangbiak dengan fragmentasi thalus, soredia, dan ascorcap. Hidup di tanah yang lembab. Jenisnya: Cladonia coccifera (pendek tebal), Cladonia squamosa (bersisik), Cladonia macilenta (thalus halus), Cladonia furcata (tanduk cabang langsing).

3.12.3 Physcia sp.
a. Gambar
Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Literatur
  
                                                                                              (Yurnaliza, 2002)
            Keterangan Gambar :
1.      Thalus menempel sebagian pada substrat yaitu pada batang pohon
2.      Thalus berbentuk menyerupai lembaran daun berwarna abu-abu kehijauan
b.      Klasifikasi
Klasifikasi  Physcia sp. sebagai berikut (Chang, 1978):
Kingdom:  Fungi
Divisi:  Lichenes
Kelas:  Ascholicenes
Ordo:  lecanorales
Family:  Physciaceae
Genus:  Physcia
Spesies:  Physcia  sp.
b.      Pembahasan
Menurutkan pengaatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jenis lumut kerak ini memiliki thalus yang sebagian menempel pada substrat dengan berwarna putih hingga abu-abu kehijauan. Dengan bentuk thalus yang menyerupai daun dan bagian tepi yang sedikit menjungkit.
Menurut Kurniawan (2009) lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang terstruktur dan tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Talusnya datar, lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan atas dan bawah berbeda. Lichen ini melekat pada batu, ranting dengan rhizenes. Rhizenes juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorpsi makanan. Contoh: Xantoria, Physcia, Parmelia, dan lain-lain.
Lumur kerak ini juga penyusunnya dari alga hijau dan jamur ascomycetes, talusnya berbentuk foliose, berwarna abu-abu, percabangannya lebih halus dari Pamelia yang hampir lekat dengan substrat dan agak membundar sehingga Physcia  sp. ini sering dikira bertalus crustose, biasanya banyak pada kulit pepohonan (Bold.1987).


 
BAB IV
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
Menurut pengamatan studi lapangan yang telah dilakukan , dapat diketahui beberapa keanekaragaman tumbuhan rendah yang kaya pada daerah kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang. Seperti halnya bentuk-bentuk dari jamur makroskopik , tumbuhan lumut dan juga lichen (lumut kerak).
Maka, dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pengamatan dan pengetahuan mengenai beberapa keanekaragaman tumbuhn rendah seperti jamur, tumbuhan lumut dan lichen (lumut kerak) sangatlah berguna dan dibutuhkan penggambaran atau aplikasi secara langsung dari pemahaman tersebut yakni dengan pengamatan studi lapangan tersebut.
 
1.2  Saran
Diharapkan studi lapangan berikutnya yaitu harus lebih baik dari yang sekarang,  baik dari segi sarana dan prasarana harus lebih diperhatikan. Efisiensi waktu perlu diperhatikan agar dapat melakukan studi lapangan dengan benar, optimal dan mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Deden. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan.   Bandung :  Grafindo Media Pratama
Alexopoulos, C.J. 1979. Introduction of  Mycology. New York : John Kliley and     Sons
Birsyam,Inge.2004.Botani tumbuhan Rendah.Bandung : Biologi FMIP ITB
Bold dan Wyne. 1987. Introduction To The Algae, Structure and Reproduction. New Delhi : Prentice Hall Of India
Campbell NA,  Reece JB, Mitchell LG,  and Taylor MR. 2002. Biologi. 4th Ed. , Addison Wesley World Student Series, San Fransisco.
Dewi, Puspita. 2006. Keanekaragaman Alga Makroskopis Pada Zone Litoral di Beberapa Pantai Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Tidak diterbitkan
Fried, George, H, danHademenos, J. 2006.Biologi edisi kedua.Yogyakarta : Erlangga
Hawksworth. 1984. The Lichen-Forming Fungi. Chapman and Hall Publisher
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Jakarta ; Rajawali Pers.
Indah,Najmi.2009.Taksonomi Tumbuhan Tingkat Rendah.Jember :PGRI Jember Tidakditerbitkan
Indriani, Hety dan Sumiarsih, Emi. 1997. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya
Kimball,  JohnW.Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Jakarta : Erlangga.1987
Miharjo, Siswo. 1996. Pemanfaatan Ekstrak Kayu Angin Usnea Sebagai Antibakteri Terhadap Bakteri Gram Positif  Dan Gram Negatif. Semarang : FMIPA Universitas Diponegoro
Muzayyinah. 2005. Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. UNS Press: Surakarta
Tim Dosen. 2011.Penuntun Praktikum Taksonomi  Tumbuhan Rendah. Makassar : UIN Press
Tjitrosoepomo, G.,1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
                  University Press.
Yurnaliza. 2002. Karakteristik Klasifikasi dan Kegunaan Lichenes. Medan : USU